Sunday, January 20, 2013




Konflik dualisme kepemimpinan antara PSSI dan Komite Penyelamat Sepak Bola Indonesia (KPSI) tak berujung. Kedua kubu sama-sama mengklaim paling berhak memimpin roda organisasi sepak bola tertinggi di Tanah Air.
Pada Maret 2012, badan sepak bola tertinggi di dunia, FIFA mengirimkan surat kepada PSSI. Isinya meminta PSSI untuk menyelenggarakan Kongres Tahunan sebelum melakukan rekonsiliasi dualisme kompetisi; Indonesian Premier League (IPL) dan Indonesia Super League (ISL).
Namun, hingga saat ini, rekonsiliasi antara PSSI dan KPSI tidak terwujud. Bahkan hubungan PSSI dan KPSI semakin memanas. Akibatnya, sepak bola Indonesia di ambang dijatuhi sanksi oleh FIFA karena tidak selesainya karut-marut sepak bola nasional.

14 September 2011: Anggota Komite Eksekutif PSSI mengancam akan melakukan KLB jika sistem kompetisi Liga Indonesia diubah. Ancaman KLB dilayangkan La Nyalla hanya tiga bulan setelah Djohar Arifin dilantik sebagai Ketua Umum PSSI

20 September 2011: PSSI mengumumkan Liga Indonesia tetap diikuti 18 tim hasil kompetisi musim lalu

21 September 2011:

-La Nyalla mengusulkan agar orang-orang eks pengurus PSSI Nurdin Halid dimasukkan di struktur kepengurusan PSSI Djohar Arifin. La Nyalla mengusulkan nama Hinca Panjaitan, Djoko Driyono, Tigor Shalom, agar masuk dalam kepengurusan PSSI.

- Rapat komite eksekutif berlangsung di Hotel Sahid mengubah format kompetisi dari 18 tim di tambah enam klub baru. Enam tim ini merupakan tim eks LPI yang dileburkan bersama Liga Super Indonesia dan membentuk kompetisi baru bernama Indonesia Premier League (IPL).

-Keputusan membentuk IPL memecah anggota exco PSSI menjadi dua kelompok. Kelompok pertama adalah yang mendukung; Djohar Arifin, Farid Rahman, Sihar Sitorus, Tuti Dau, Mawardi Nurdin, Widodo Santoso, dan Bob Hippy. Yang menolak; La Nyalla Mattalitti, Toni Aprilani, Roberto Rouw, dan Erwin Dwi Budiman.

- Di rapat exco ini juga dihasilkan keputusan soal nasib dualisme klub seperti Persebaya, Persija Jakarta, dan Arema. Exco akhirnya menghasilkan keputusan bulan mengakui Persija versi Bambang Sucipto, Arema versi Muhammad Nur, serta Persebaya hasil koalisi Cholid Goromah dan Wisnu Wardhana. Kesepakatan bulan yang dibuat oleh kubu Djohar dan La Nyalla cs nantinya menghasilkan dualism Persija PIL dan ISL, Arema IPL dan ISL, dan Persebaya IPL dan Persebaya Divisi Utama.
23 September 2011: Kepengurusan PSSI diumumkan. Nama-nama eks pengurus lama yang dicalonkan La Nyalla ditolak.

25 September 2011: La Nyalla amendeklarasikan gerakan untuk KLB PSSI. Dia merasa keputusna soal sostem kompetisi tidak melibatkannya yang saat itu sedang di luar arena rapat. Pandangan ini dibantah Toni APrilani. Menurutnya, La Nyalla sudah ditunggu kehadirannya, bahkan ditelepon untuk datang. “tidak benar itu. Kita sudah nunggu dia dan telepon dia, tapi tidak ada balasan,” kata Toni saat itu.

27 September 2011: Sejumlah perwakilan klub dan eks pengurus PSSI Nurdin Halid seperti eks anggota Komite Eksekutif, Muhammad Zein, Fery Paulus, dan Irawadi Hanafi, berkumpul d sebuah acara di Jakarta. Manajer Persija, Fery Paulus saat itu mengatakan, “Gerakan untuk PSSI? Tunggu tanggal mainnya!,” Menurut fery Paulus, klub LSI akan rapatkan barisan.

29 September 2011: Toni Aprilani mulai memperlihatkan sikap penentangan keras terhadap Djohar Arifin karena tidak setuju posisi PT Liga Indonesia sebagai pengelola kompetisi diambil alih PT Liga Prima Indonesia Sportindo.

12 Oktober 2011: PT Liga Prima Indonesia Sportindo (LPIS) menyatakan telah mengikat kerjasama dengan MNC grup selaku pemegang hak siar IPL. PT LPIS mengaku juga telah berunding dengan ANTV tapi urung menghasilkan kesepakatan. Di pihak lain ANTV mengancam menggugat PSSI ke pengadilan akibat tidak menghormati ikatan kerjasama yang berdurasi 10 tahun.

13 Oktober 2011: Manager meeting IPL berlangsung ricuh. 14 klub menyatakan menolak ikut IPL dan tetap setia pada PT Liga dan Liga Super Indonesia. Inilah gerakan awal perlawanan klub LSI.

14 Oktober 2011: ANTV, PT Liga, dan La Nyalla Mattalitti menyatakan Liga Super Indonesia siap berputar yang diikuti oleh 14 tim di tambah empat tim promosi. La Nyalla mengatakan akan melaporkan Djohar ke FIFA karena memutar IPL

15 Oktober: IPL dibuka dengan memainkan laga Persib vs Semen Padang. Hanya 14 klub yang menyatakan ambil diri di kompetisi.

27 Oktober 2011: PT Liga Agelar RUPS untuk mempertanggungjawabkan laporan keuangan dan memilih pengurus baru. Harbiansyah Hanafiah dan sahril tahir ditunjuk sebagai petinggi PT Liga yang baru. Tpni Aprilani mengkritik pelaksanaaan RUPS yang seharusnya bisa dilakukan lebih cepat.

31 Oktober: PT Liga nyatakan Persib dan Sriwijaya FC bergabung ke LSI dan tinggalkan IPL. Total peserta IPL tinggal 12 klub.
1 November 2011: Komite Etika PSSI yang beranggotakan Todung Mulya Lubis, Komarudin Hidayat, Anis Baswedan cs, mengadakan rapat untuk membahas polemik sejumlah pengurus.

1 Desember 2011: LSI resmi berputar diikuti 18 klub. PSSI langsung melayangkan surat ke FIFA tentang LSI yang berputar tanpa izin federasi. Dualisme kompetisi dimulai.

13 Desember 2011:

-Rahmad darmawan (RD) mundur dari timnas karena merasa gagal memenuhi prestasi di Sea Games. RD juga menyatakan penolakannya terhadap pernyataan Ketua Umum PSSI Djohar Arifin soal pelarangan pemain LSI memperkuat timnas.

 -Komisi Disiplin PSSI menjatuhkan sanksi kepada seluruh tim LSI. Hukuman degradasi dan sanksi pembekuan dijatuhkan.

-FIFA menjawab surat aduan La Nyalla mattalitti soal polemik PSSI. Menurut FIFA kemelut PSSI bisa diselesaikan lewat mediasi dan arbitrase.
14 Demeber 2011: Forum Pengprov PSSI (FPP) mengeluarkan 10 pernyataan yang mendukung kubu La Nyalla cs di PSSI, menolak IPL dan mendukung ISL, mendukung PRT Liga Indonesia,  Dan menolak intervensi pihak manapun

16 Desember 2011: Pengprov terpecah dua. Yang pro PSSI melakukan acara konsolidasi di Semarang. Sedangkan FPP mengadakan pertemuan di Jakarta yang juga digagas La Nyalla Mattalitti
20 Desember 2011:

-Komite Etika ultimatum empat anggota exco untuk melakukan permintaan maaf pada PSSI karena melakukan fitnah personal terhadap Ketua Umum PSSI terkait soal kepemilikan pengelola kompetisi. Tindakan keempat exco yang justru melanggar kesepakatan organisasi dipandang sebagai pelanggaran serius. Bila tidak memenuhi poin keputusan Komite etik, La Nyalla cs diancam dipecat.

FIFA menyatakan bahwa Liga Super Indonesia adalah kompetisi sempalan (breakway) yang tidak diakui PSSI dan FIFA. PSSI diminta FIFA untuk mengambil tindakan agar LSI kembali dibawah control. FIFA mengeluarkan sejumlah poin saran yang di antaranya memberi tenggat pada klub LSI untuk kembali dibawah PSSI. Jika gagal, PSSI diperkenankan menjatuhkan sanksi. Seluruh perangkat FIFA dan pertandingan dilarang keras memimpin LSI. FIFA pun meminta daftar pihak yang terlibat di LSI. FIFA juga menyatakan pemain yang terlibat kompetisi sempalan dilarang bermain di agenda FIFA. PSSI diberi tenggat waktu hingga 22 Maret 2012 untuk menyelesaikan persoalan. Jika tidak, FIFA akan membawa persoalan PSSi ke rapat komite asosiasi untuk dijatuhi kemungkinan sanksi.
22 Desember 2011: PSSI bentuk tim rekonsiliasi yang diberi waktu dua minggu untuk melakukan upaya persuasi ke klub LSI untuk kembali ke PSSI.

28 Desember: KPSI terbentuk dengan Ketuanya Toni Aprilani dan wakilnya La Nyalla Matalitti. Selain itu, dua eks anggota exco Roberto Rouw dan Erwin Dwi Budiman turut bergabung. KPSI menyatakan mengambilalih kewenangan PSSI selaku otoritas epak bola Indonesia. KPSI juga dihuni oleh eks pengurus Nurdin seperti Gusti Randa dan Hinca Panjaitan. KPSI putuskan gulirkan KLB pada maret 2011.

29 Desember 2011: KPSI bersama PT Liga melakukan keterangan pers yang intinya menyatakan 452 anggota PSSI atau lebih dari 2/3 anggota PSSI mendukung KPSI memutar KLB

30 Desember 2011: FIFA nyatakan tidak akui KPSI dan meminta PSSI untuk terus mendorong klub kembali ke federasi. Jika tidak, PSSI diminta untuk mengambil tindakan.

JANUARI
2 Januari 2012: KPSI gugat PSSI ke CAS dan FIFA. KPSI meminta CAS menganulir keputusan pemecatan La Nyalla, dan tuntutan KLB. Di pihak lain Persipura juga menggugat PSSI dan AFC prihal pencoretan mereka dari Liga Champions Asia.

10 Januari 2012: PSSi melakukan verifikasi surat tuntutan KLB dari Pengprov. PSSi menyatakan klaim 452 dukungan KLB salah karena nyatanya hanya 320 anggota yang menuntut KLB PSSI yang artinya kurang dari 2/3. PSSI nyatakan KLB tidak memenuhi syarat. Sebagai gantinya PSSi akan gelar kongres tahunan pada Maret 2012. KPSI tolak verifikasi PSSI. KLB tetap dicanagkan KPSI.

17 Januari 2012: FIFA mendorong Kongres Tahunan PSSI, bukan KLB. FIFA berpatokan pada kongres Bali.

FEBRUARI
2 Februari 2012 Gugatan Persipura atas PSSI dikabulkan CAS lewat putusan sela. Perspiura bermain di LCA

8 Februari 2012: PSSI nyatakan kemungkinan akui LSI. KPSI menilai pernytaan PSSI sudah terlambat. KPSI ngotot KLB. Sebelumnya KONI telah pertemukan KPSI dan PSSI untuk rekonsiliasi. KONI mengundang Djohar ARifin Husin dan Nirwan bakrie dalam sebuah pertemuan rekonsiliasi.

29 Februari 2011: Timnas Indonesia yang dihuni pemain IPL dibantai Bahrain 0-10. Kekalahan yang langsung menimbulkan kecaman dan dimanfaatkan KPSI. “Kekalahan Indonesia atas Bahrain 10-0 merupakan catatan paling memalukan dalam sejarah sepak bola Indonesia. Kekalahan tersebut dikarenakan, Timnas adalah produk karbitan dari mesin IPL. Agar tidak mencetak sejarah buruk lagi, maka revolusi PSSI adalah harga mati, dan KLB adalah langkah pasti.Djohar dkk monggo silahkan mundur diri dari arena sepak Bola karena kepengurusanya hanya melahirkan petaka Sepak Bola Indonesia,” ungkap La Nyalla.


Maret 2012 :
FIFA mengirimkan surat kepada PSSI untuk menyelenggarakan Kongres Tahunan sebelum 20 Maret untuk melakukan rekonsiliasi dualisme kompetisi (IPL dan ISL)
18 Maret ;
PSSI merespons dengan menggelar Kongres Tahunan di Palangkaraya, Kalimantan Tengah (Kalteng). Salah satu agendanya, mengubah status ISL menjadi kompetisi legal. Pada waktu yang sama, KPSI juga menggelar Kongres Luar Biasa (KLB) di Jakarta. La Nyalla Mattalitti terpilih sebagai Ketua Umum (Ketum) PSSI versi KPSI.
23 Maret ;
AFC membentuk tim Task Force untuk menyelesaikan konflik PSSI dan KPSI.
Juni 2012 :
FIFA akan menjatuhkan sanksi jika hingga 15 Juni tidak ada penyelesaian masalah dualisme kompetisi.
7 Juni ; Task Force membentuk Joint Committee (JC) sebagai salah satu butir MoU antara PSSI dan KPSI yang disepakati di Kuala Lumpur, Malaysia.
Juli 2012 :
JC menggelar rapat perdana di Jakarta yang dihadiri langsung perwakilan AFC, tetapi pertemuan tersebut tidak menghasilkan solusi apa pun.
September 2012 :
20 September ;
JC menggelar rapat kedua di Kuala Lumpur. Dalam rapat kedua ini, menghasikan empat butir keputusan. Pertama penyatuan liga. Kedua, pengembalian jabatan empat Exco PSSI yang dipecat. Ketiga, revisi statuta. Keempat, kongres.
Oktober 2012 :
17 Oktober ; Federasi Sepak Bola Asia Tenggara (AFF), mengakui tim nasional (timnas) bentukan PSSI yang berlaga diajang Piala AFF 2012. Sebelumnya, KPSI juga membentuk timnas tandingan yang juga bersiap untuk ambil bagian di ajang Piala AFF 2012.
November 2012 :
26 November ;
FIFA mengirimkan surat kepada Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) untuk turun tangan menengahi konflik PSSI dan KPSI. FIFA memberikan deadline penyelesaian pada 10 Desember. Jika tidak, masalah yang menimpa persepak bolaan Indonesia akan dibahas di rapat Exco FIFA pada 14 Desember.


Desember 2012 :

5 Desember ;
Menyikapi surat FIFA, Menpora Andi Mallarangeng memanggil PSSI dan KPSI. Hasilnya, kongres hanya ada satu yang akan dirumuskan oleh JC dengan agenda penyatuan liga dan revisi statuta.
10 Desember ;
Baik PSSI dan KPSI akhirnya menggelar kongres masing-masing. Jika PSSI menggelar KLB di Palangkara. KPSI menggelar hal serupa di Jakarta. Dengan adanya fakta tersebut, baik PSSI dan KPSI telah melewatkan kesempatan sepak bola Indonesia untuk tidak disanksi FIFA

PENGANGKATAN ROY SURYO
Setelah menerka-nerka dan di gulirkan dengan bola panas mengenai siapa yang akan menduduki kursi menpora pasca pengunduran diri Andy Alfian Mallarangeng dari jabatan Menpora. Publik akhirnya mengetahui jawaban pastinya setelah hari ini Jumat (11/1/2013), Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) resmi menunjuk KRMT Roy Suryo Notodiprojo atau selama ini kita kenal dengan nama Roy Suryo seorang pakar dunia teknologi informasi dan telematika untuk menjabat mejadi Menpora.

Roy Suryo di pilih setelah melewati berbagai pertimbangan yakni mendengarkan saran serta pandangan dari masyarakat luas, Wakil Presiden serta pejabat terkait lainnya. Roy Suryo juga di klaim SBY sudah melalui tahapan  interview dan fit & proper test, hasil dari semua test tersebut menunjukan nilai yang baik. Sehingga Roy Suryo di rasa pantas mengemban jabatan kursi Menpora yang di kenal panas tersebut.

Pekerjaan rumah yang cukup berat pun sudah menanti Roy Suryo pasca pengangkatan dirinya tersebut, apalagi kalau bukan menyangkut kisruh yang di alami oleh lembaga tertinggi sepakbola di Indonesia yakni PSSI. Sebagai Menpora yang baru, publik memang berharap sosok menpora pengganti Andy Alfian Mallarangeng bisa untuk menyelesaikan benang kusut yang membelit PSSI sehingga tidak lagi terjadi kisruh yang menghambat prestasi dan perkembangan timnas Indonesia.

Setidaknya ada tiga program yang harus di emban dan di selesaikan Roy Suryo sebagai menpora yang baru, Program tersebut antara lain pembenahan internal Kemenpora dan eksternal Kemenpora yang selama ini sarat dengan korupsi, memajukan prestasi olahraga yang selama ini terus terpuruk, dan yang terakhir tidak kalah pentingnya adalah membenahi dualisme kepengurusan yang ada di dalam sepakbola Indonesia.

Mampukah Roy Suryo mengemban tugasnya dengan baik?,  kita lihat saja nanti yang pasti harapan publik selama ini begitu besar terhadap sosok Menpora yang baru yang bisa menjadi “penyelamat” bagi dunia olahraga di Indonesia terutama sepakbola. Jangan lagi ada intervensi, penyanderaan pemain untuk membela timnas, maupun manajeman klub yang buruk sehingga banyak pemain yang belum di tunaikan hak gajinya padahal kompetisi sudah berjalan.


0 comments :

Post a Comment