SAHABAT JADI CINTA
"Kepada seluruh peserta MOPD,
Hormaaaaat Gerakkk!!!" Ucap pemimpin kepada seluruh peserta Masa Orientasi
Peserta Didik.
Ya, hari ini adalah hari terakhir
siswa-siswi SMP menghadapi MOS dan besok adalah hari pertama mereka menggunakan
celana dan rok abu-abu. Sungguh sangat menyenangkan karena masa SMA adalah masa
dimana kedewasaan itu dimulai, masa dimana akan mengalami indahnya percintaan
dan persahabatan.
Hari pertama dimulai, pembagian
kelas dilaksanakan.
"Hai, kamu dapat kelas X
berapa Tia?" tanya Reza, teman semasa orientasi siswanya.
"Hai Reza, aku dapat di X.1, kamu dimana?" ujar Tia kepada Reza yg saat itu sedang sibuk mencari namanya.
"Kita sekelas loh Tia!" lanjut Reza tanpa memerikan kesempatan Tia untuk bertanya.
"Hai! Aku Alex dari SMP 21" aku memotong pembicaraan mereka.
"Eh ngagetin aja, aku Tia dari SMP 20" jawab Tia sambil berjabat tangan.
"Hai Reza, aku dapat di X.1, kamu dimana?" ujar Tia kepada Reza yg saat itu sedang sibuk mencari namanya.
"Kita sekelas loh Tia!" lanjut Reza tanpa memerikan kesempatan Tia untuk bertanya.
"Hai! Aku Alex dari SMP 21" aku memotong pembicaraan mereka.
"Eh ngagetin aja, aku Tia dari SMP 20" jawab Tia sambil berjabat tangan.
Dan dari sinilah pertemananku
dengan Tia dimulai.
"Tia...!!!" panggilku
kepada Tia yg sedang asik menjaili Reza, teman sebangkunya.
"Eh si jelek, makin jelek aja deh kamu Lex!!" jawab Tia sambil cengengesan.
"Ah becanda mulu deh, bisa ga sih sehari aja ga ngeledekin gue??" pintaku dengan muka kesal.
"Hahaha... kalau lagi kesel jadi ganteng, hihihi... Ada apa Lex?" tanya Tia
"Udah ahh, oh ya Tia, anak-anak mau liburn ke Bogor, kamu ikut ya!!" pintaku.
"Boleh, sama siapa aja?" tanya Tia sambil menarik kursi lalu mendudukinya.
"Tuh si Reza, Febrian, Nia, Dian, Nugraha, pokoknya Insya Allah anak Conten-One ikut semua" jelasku.
"Ehm, okedeh, tapi kamu jemput aku ya?" pinta Tia.
"Oke siap!!" jawabku sambil meninggalkan Tia sendirian.
"Eh si jelek, makin jelek aja deh kamu Lex!!" jawab Tia sambil cengengesan.
"Ah becanda mulu deh, bisa ga sih sehari aja ga ngeledekin gue??" pintaku dengan muka kesal.
"Hahaha... kalau lagi kesel jadi ganteng, hihihi... Ada apa Lex?" tanya Tia
"Udah ahh, oh ya Tia, anak-anak mau liburn ke Bogor, kamu ikut ya!!" pintaku.
"Boleh, sama siapa aja?" tanya Tia sambil menarik kursi lalu mendudukinya.
"Tuh si Reza, Febrian, Nia, Dian, Nugraha, pokoknya Insya Allah anak Conten-One ikut semua" jelasku.
"Ehm, okedeh, tapi kamu jemput aku ya?" pinta Tia.
"Oke siap!!" jawabku sambil meninggalkan Tia sendirian.
Setelah pulang dari Bogor, Tia
lebih banyak mengurung diri tidak seperti biasanya yg selalu membuat kelas
menjadi ceria. Tidak ada protesnya yg membuat teman-temannya tertawa. Kelas
menjadi sangat sepi sekali.
"Tia!!!" panggilku
kepada Tia yg saat itu sedang menyenderkan kepalanya di tembok.
"Ada apa?" Jawab Tia
"Loh? yg seharusnya nanya ada apa tuh aku, kamu yg kenapa?" tanyaku.
"Hah? Aku ga kenapa-kenapa kok, cuma pusing aja. Yaudah aku ke UKS dulu ya!!" jawab Tia sambil mendorong meja dan meninggalkanku sendirian.
"Ada apa?" Jawab Tia
"Loh? yg seharusnya nanya ada apa tuh aku, kamu yg kenapa?" tanyaku.
"Hah? Aku ga kenapa-kenapa kok, cuma pusing aja. Yaudah aku ke UKS dulu ya!!" jawab Tia sambil mendorong meja dan meninggalkanku sendirian.
Sikap Tia tidak seperti orang
sakit, melainkan seperti seseorang yg sedang merasakan perasaan yg tidak
menentu. Ya, Tia berubah mungkin karena perasaan hatinya yg sedang gundah.
Dilain sisi, aku kebingungan apa
yg membuat Tia menjadi berubah dan menghindari diriku. Hampir 2 bulan kita
tidak berkomunikasi. Aku lebih asik dengan kelompok basketku, sedangkan Tia
lebih asik menyendiri. Ternyata kebisuan kitalah yg membuat kelas menjadi sepi,
dan anak-anak Conten-One pun merasakan ada permasalahan diantara aku dan Tia.
Apa yg aku takutkan pun kini
menjadi kenyataan, aku menyukai sahabatku sendiri, sahabat yg selalu bersamaku
dalam keadaan suka maupun duka. Inilah cinta, tidak ada yg tau kapan datangnya
dan kepada siapa cinta itu tertuju dan mulai saat ini cerita cinta dimulai.
Hingga sekitar 3 bulan kita baru memulai percakapan kembali seperti perkenalan
dulu.
Keadaan kelas sangat sepi, karena
memang saat itu sedang ada lomba dan hampir sepertiga siswa kelas X.1
mengikutinya, kecuali aku dan Tia, memang kita tidak terlalu tertarik dengan
kegiatan yg diadakan OSIS itu.
"Apa kabar Tia? Kita satu
kelas tapi kok cuek-cuekan ya?" ujarku sambil mengagetkan Tia.
"Tumben negor" jawab Tia ketus.
"Kamu kenapa si Tia? Aku punya salah sama kamu? Kalau emang aku punya salah, oke aku minta maaf, aku seharusnya ga ngediemin kamu kaya gini" jelasku dengan suara yg bergetar.
"Tumben negor" jawab Tia ketus.
"Kamu kenapa si Tia? Aku punya salah sama kamu? Kalau emang aku punya salah, oke aku minta maaf, aku seharusnya ga ngediemin kamu kaya gini" jelasku dengan suara yg bergetar.
Tia pun sepertinya mulai
menyadari bahwa tingkah cueknya kepadaku itu sudah diluar batas perasaan marah
kepada sahabatnya.
"Alex, maafin aku ya, aku
bingung Lex, aku ga tau harus bilang apa sama kamu, aku yg salah, kamu ga punya
salah apa-apa kok sama aku, akunya aja yg terlalu kekanak-kanakan" Ujar
Tia hingga meneteskan air mata.
"Ssssttt... Udah Tia, ga usah nangis ya, mungkin persahabatan kita sedang diuji, kamu masih mau kan jadi sahabat aku?" aku mencoba menenangkan Tia.
"Ssssttt... Udah Tia, ga usah nangis ya, mungkin persahabatan kita sedang diuji, kamu masih mau kan jadi sahabat aku?" aku mencoba menenangkan Tia.
Tia hanya bengong, aku tidak tau
apa yg sedang dia pikirkan.
"Tia? Kok kamu malah bengong? baru juga maafan kok aku
malah dicuekin lagi?" ucapku sambil membangunkan lamunan Tia.
"Siapa yg nyuekin kamu Lex? Perasaan kamu aja kali. Iya lah siapa sih yg ga mau sahabatan sama cowok jelek dan ga populer kaya kamu?" jawab Tia sambil cengengesan.
"Tia, aku kangen senyuman kamu kaya sekarang, selalu tersenyum buat aku ya!" pintaku.
"Buat kamu apa sih yg ngga? Hehehe" ujar Tia dan memeluk tubuhku.
"Siapa yg nyuekin kamu Lex? Perasaan kamu aja kali. Iya lah siapa sih yg ga mau sahabatan sama cowok jelek dan ga populer kaya kamu?" jawab Tia sambil cengengesan.
"Tia, aku kangen senyuman kamu kaya sekarang, selalu tersenyum buat aku ya!" pintaku.
"Buat kamu apa sih yg ngga? Hehehe" ujar Tia dan memeluk tubuhku.
Ternyata persahabatan mereka
berlanjut hingga masuk kelas XI. Kita memasuki jurusan yg sama yaitu Ilmu
Pengetahuan Alam. Karena aku ingin menjadi ahli Kimia dan Tia ingin menjadi
seorang dokter.
"Tia!!!" panggilku kepada Tia.
"Apa Lex?" jawab Tia
"Sini duduk, aku mau cerita" ujarku sambil asik memakan makanan.
"Iya, kenapa sih kamu jelek?" ledek Tia.
"Udah ya becandanya, aku serius nih! Kamu kenal Tiwi ga?" tanyaku penasaran
"Tiwi anak XI IPA 2? Pacar Ramdan?" jawab Tia.
"Iya, tapi Ramdan udah bukan pacarnya, mereka kan udah putus!" jelasku.
"Hah? Kamu manggil aku cuma mau ngasih tau itu doang?" jawab Tia kesal.
"Apa Lex?" jawab Tia
"Sini duduk, aku mau cerita" ujarku sambil asik memakan makanan.
"Iya, kenapa sih kamu jelek?" ledek Tia.
"Udah ya becandanya, aku serius nih! Kamu kenal Tiwi ga?" tanyaku penasaran
"Tiwi anak XI IPA 2? Pacar Ramdan?" jawab Tia.
"Iya, tapi Ramdan udah bukan pacarnya, mereka kan udah putus!" jelasku.
"Hah? Kamu manggil aku cuma mau ngasih tau itu doang?" jawab Tia kesal.
"Sabar dong, aku kan belum cerita. Aku mau minta tolong
sama kamu! Comblangin aku sama dia dong" pintaku.
Sambil bengong tak percaya, Tia
mengiyakan permintaanku. Meskipun dia sedikit berubah, tetapi kali ini Tia
lebih bersikap dewasa.
"Tia, gimana udah dapet belum nomor HPnya?"
tanyaku berharap.
"Iya, udah dapet ko, kamu tenang aja, kan aku udah janji sama kamu" jawab Tia dengan muka lemas.
"Oh ya? Makasih Tia, kamu emang sahabat terbaikku, aku sayang banget sama kamu, jangan tinggalin aku ya Tia" ujarku kesenangan.
"Iya, udah dapet ko, kamu tenang aja, kan aku udah janji sama kamu" jawab Tia dengan muka lemas.
"Oh ya? Makasih Tia, kamu emang sahabat terbaikku, aku sayang banget sama kamu, jangan tinggalin aku ya Tia" ujarku kesenangan.
Tia kembali bengong mendengar
ucapanku. Mungkin ada perkataanku yg salah.
"Hai kok bengong?" ucapku mengagetkan Tia.
"Hah? Kenapa? Aduh aku pusing banget Lex, jadi sorry aku ga connect, aku ke UKS dulu ya, nomor HPnya ambil aja di HP aku, ada di tas" jawab Tia sambil meninggalkanku.
"Hah? Kenapa? Aduh aku pusing banget Lex, jadi sorry aku ga connect, aku ke UKS dulu ya, nomor HPnya ambil aja di HP aku, ada di tas" jawab Tia sambil meninggalkanku.
Semakin hari semakin tidak
karuan. Aku kesenangan karena Tiwi memberiku kesempatan. Sedangkan Tia yg
benar-benar dirindungkan kesedihan karena melihat dan mendengarkan ceritaku
tentang ceweknya yg sekarang sudah resmi pacaran. Tapi itulah Tia, seorang
perempuan yg sangat menyayangi sahabatnya dan merelakan sahabatnya bahagia
walaupun kebahagiaan itu bukan bersamanya.
Sehari, seminggu, sebulan. Aku
dan Tiwi semakin dekat dan sulit dipisahkan. Itu membuat Tia seperti orang asing
saat aku dan Tiwi sedang bersama. Tia sepertinya memutuskan untuk menjaga jarak
denganku. Walau bagaimanapun aku dan Tia adalah sahabat. Dan kini aku
mengurangi perhatianku kepada Tia. Jangankan untuk bisa berkunjung kerumah Tia
seperti tempo hari, untuk mengajak Tia makan dikantinpun sudah tidak pernah.
Hingga pada suatu hari hampir 3
hari Tia tidak masuk sekolah, dan pada saat itu aku baru menyadari bahwa hampir
3 hari Tia tidak masuk dan tanpa memberi kabar kepadaku ataupun wali kelasnya.
Aku memutuskan untuk mengunjungi
rumah Tia untuk menanyakan keadaan Tia sekaligus menemui keluarga Tia karena
sudah lama tidak berkunjung. Sesampainya dirumah kenyataan berkata lain, Tia
tidak ada dirumah, pergi untuk sekitar 1minggu menemui neneknya diluar kota. Aku
merasa lega karena ternyata Tia tidak apa-apa.
1 minggu kemudian Tia pun masuk
sekolah, aku senang karena Tia baik-baik saja, bahkan Tia sudah kembali
tersenyum seperti tempo hari.
Tanpa terasa, aku dan Tiwi sudah
anniversary yg ke 3 bulan, Tiwi memutuskan hubungan karena kita sudah tidak
cocok. Tapi aku tidak merasakan kecewa karena diputuskan Tiwi.
"Kamu putus Lex?" tanya Tia kepadaku yg sedang
mengerjakan PR di sekolah.
"Hah? Apa Tia?" ucapku yg tidak mendengar ucapan Tia karena sedang tergesa-gesa
"Kamu putus sama Tiwi??" teriak Tia dikupingku. Dan seketika itu juga anak seisi kelas langsung menengok kearah kita.
"Hah? Apa Tia?" ucapku yg tidak mendengar ucapan Tia karena sedang tergesa-gesa
"Kamu putus sama Tiwi??" teriak Tia dikupingku. Dan seketika itu juga anak seisi kelas langsung menengok kearah kita.
"Buset daah, kurang kenceng, sekalian aja kamu pinjem
toa masjid tuh, atau ga kamu tempel pengumuman di mading" ucapku.
"Lagian kamu ga denger hahaha, emang boleh aku tempel di mading pengumuman tentang kandasnya hubungan kamu sama Tiwi, kalau boleh aku ke mading dul yah, bye!" ujar Tia meninggalkanku sam tertawa cekikikan.
"payah dah cewek satu ini" sahutku sambil membereskan buku dan mengejar Tia.
"Lagian kamu ga denger hahaha, emang boleh aku tempel di mading pengumuman tentang kandasnya hubungan kamu sama Tiwi, kalau boleh aku ke mading dul yah, bye!" ujar Tia meninggalkanku sam tertawa cekikikan.
"payah dah cewek satu ini" sahutku sambil membereskan buku dan mengejar Tia.
Sesampainya didepan mading, aku
sama sekali tidak melihat Tia disana, malah aku melihat Tiwi yg sedang berjalan
dari arah kantin bersama teman-temannya. Tiba-tiba terdengar suara perempuan
tepat dikupingku yg menyanyikan sebuah lirik lagu.
"Oh mantan
kekasihku, ku merindukanmu, datang, datang, padaku... Hahaha"
Aku langsung menengok dan
berteriak "Tiaaaaaaaaaaa!!"
Tia langsung berlari menaiki anak
tangga karena takut dimarahi olehku. Namun baru menaiki beberapa anak tangga,
Tia terpeleset hinnga hampir terjatuh. Beruntung aku menangkap Tia sehingga dia
tidak terjatuh.
"Makannya jadi orang jangan iseng, coba ga ada aku,
jatuh enak tuh: ucapku sambil membangunkan Tia dari pelukan tubuhku.
"Udah mana berat banget nih badan, haha" lanjutku
"Udah mana berat banget nih badan, haha" lanjutku
Tia hanya bisa tersenyum karena
aku mengoceh panjang lebar tanpa titik koma. Sesampainya diatas, guru yg
bertugas mengajar jam pertama setelah istirahat itu sudah ada didalam kelas.
Aku dan Tia dipersilahkan masuk dan duduk.
"Anak-anak, kumpulkan PR nya!" ucap Ibu Guru.
Aku baru menyadari bahwa aku
belum menyelesaikan PRnya, sementara anak-anak yg lain sudah mengumpulkan PRnya
kedepan, termasuk Tia. Tiba-tiba Bu Guru memanngilku.
"Alex, mana PR kamu?" Tanya bu guru dengan tegas.
"Maaf bu, saya belum mengerjakan PR" jawabku terbata-bata dan tidak berani menatap bu guru yg memanggilku.
"Apa? Belum mengerjakan? Sekarang kamu keluar dan bersihkan halaman belakang sampai jam istirahat kedua nanti" ujar bu guru.
"Maaf bu, saya belum mengerjakan PR" jawabku terbata-bata dan tidak berani menatap bu guru yg memanggilku.
"Apa? Belum mengerjakan? Sekarang kamu keluar dan bersihkan halaman belakang sampai jam istirahat kedua nanti" ujar bu guru.
Tanpa panjang lebar, aku langsung
meninggalkan kelas dan menuju ke halaman belakang. Saat ditangga, aku dipanggil
oleh suaranya sudah tidak asing bagiku.
"Aleeeeex!!! Tungguuuuu!!!"
Aku langsung menengok ke arah
sumber suara.
"Kamu mau kemana Tia?" tanyaku
"Mau ikut" jawabnya polos.
"Bukannya kamu udah ngerjain ya?" tanyaku lagi.
"Udah sih, tapi bukunya ketinggalan" ucap Tia.
"Mau ikut" jawabnya polos.
"Bukannya kamu udah ngerjain ya?" tanyaku lagi.
"Udah sih, tapi bukunya ketinggalan" ucap Tia.
Tia dan akupun langsung menuju
halaman belakang sekolah. Sesampainya di halaman belakang, kita langsung
mengerjakan apa yg diperintahkan.
"Lex, kamu kenapa putus? kamu sekarang ga pernah cerita
lagi" ucap Tia membuka pembicaraan.
"Ehmmm, bukannya aku gamau cerita ke kamu, aku gaenak aja sama kamu. Aku udah tau semuanya Tia" ujarku yg membuat Tia terdiam dan menjadi penasaran atas apa yg aku ucapkan.
"Ehmmm, bukannya aku gamau cerita ke kamu, aku gaenak aja sama kamu. Aku udah tau semuanya Tia" ujarku yg membuat Tia terdiam dan menjadi penasaran atas apa yg aku ucapkan.
"Maksud kamu Lex" tanya Tia.
"Kamu pernah suka kan sama aku? sahutku yg mengagetkan Tia.
"Dari mana kamu dapat menyimpulkan itu Lex?" Tia kebingungan.
"Aku tau, waktu aku minta tolong sama kamu buat minta nomornya Tiwi, kamu nyuruh aku buat ambil sendiri di HP kamu, dan tanpa sengaja aku buka SMS kamu sama Reza, maafin aku ya!" jawabku.
"Serapat-rapatnya bangkai disimpan pasti bakal kecium juga, ga perlu ada yg dimaafin ko Lex, kalau sekarang kamu tau yah aku ikut seneng, karena ga ada lagi yg mesti ditup-tutupin" ujar Tia dan menduduki bangku yg ada di halaman belakang.
"Tapi sayang itu bukan bangkai Tia, jujur sebelum aku kenal Tiwi, aku suka sama kamu, tapi karena sikap kamu yg dingin selama 2 bula, itu yg membuat aku yakin kalau kamu cuma anggap aku sahabat, ga lebih" sahutku dan duduk disebelah Tia. Aku langsung menatap Tia tajam-tajam.
"Dan sekarang, aku lihat pancaran itu masih ada dari mata kamu" lanjutku.
"Hampir 2 tahun aku simpan rasa ini buat kamu Lex, walau kamu lebih milih Tiwi daripada aku, rasa ini ga pernah berubah" ujar Tia membalas tatapan mataku.
"Maaf yah Tia... Kamu mau ga jadi pacar aku? Buat hari ini, besok, lusa, dan selamanya?" ucapku yg membuat Tia kaget.
"Maafin aku ya Lex" sahut Tia dengan muka yg hambar dan tanpa senyum, begitu juga aku yg merasa kecewa.
"Maafin aku, aku ga bisa nolak ajakan kamu, hehehe" ucap Tia dengan senyumannya dan akupun langsung tertawa dan memeluk Tia.
"Ga nyangka yah, kenapa ga dari dulu aja sih, hehehe" sahutku
"Kamu pernah suka kan sama aku? sahutku yg mengagetkan Tia.
"Dari mana kamu dapat menyimpulkan itu Lex?" Tia kebingungan.
"Aku tau, waktu aku minta tolong sama kamu buat minta nomornya Tiwi, kamu nyuruh aku buat ambil sendiri di HP kamu, dan tanpa sengaja aku buka SMS kamu sama Reza, maafin aku ya!" jawabku.
"Serapat-rapatnya bangkai disimpan pasti bakal kecium juga, ga perlu ada yg dimaafin ko Lex, kalau sekarang kamu tau yah aku ikut seneng, karena ga ada lagi yg mesti ditup-tutupin" ujar Tia dan menduduki bangku yg ada di halaman belakang.
"Tapi sayang itu bukan bangkai Tia, jujur sebelum aku kenal Tiwi, aku suka sama kamu, tapi karena sikap kamu yg dingin selama 2 bula, itu yg membuat aku yakin kalau kamu cuma anggap aku sahabat, ga lebih" sahutku dan duduk disebelah Tia. Aku langsung menatap Tia tajam-tajam.
"Dan sekarang, aku lihat pancaran itu masih ada dari mata kamu" lanjutku.
"Hampir 2 tahun aku simpan rasa ini buat kamu Lex, walau kamu lebih milih Tiwi daripada aku, rasa ini ga pernah berubah" ujar Tia membalas tatapan mataku.
"Maaf yah Tia... Kamu mau ga jadi pacar aku? Buat hari ini, besok, lusa, dan selamanya?" ucapku yg membuat Tia kaget.
"Maafin aku ya Lex" sahut Tia dengan muka yg hambar dan tanpa senyum, begitu juga aku yg merasa kecewa.
"Maafin aku, aku ga bisa nolak ajakan kamu, hehehe" ucap Tia dengan senyumannya dan akupun langsung tertawa dan memeluk Tia.
"Ga nyangka yah, kenapa ga dari dulu aja sih, hehehe" sahutku
Sekarang, aku dan Tia pun hidup
bahagia, meskipun ada masalah, kita dapat menyelesaikan masalah dengan hati dan
pikiran yg jernih. Semoga aku dan Tia bisa terus hidup bersama, selamanya.
~THE END~